Judul : Tarekat dan Moderasi Beragama
Penulis : Dr. FERIYANTO, S.Sos.I., M.Ag
ISBN : Dalam Proses Pengajuan ISBN
Sinopsis :
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman yang terdiri atas berbagai kelompok etnik, suku, budaya, dan agama. Keanekaragaman ini, di satu sisi merupakan khazanah dan sekaligus menjadi kekuatan untuk mempersatukan bangsa. Namun di sisi lain, keanekaragaman ini dapat mengakibatkan munculnya konflik dalam kehidupan bermasyarakat di berbagai bidang, karena adanya kepentingan yang beragam dari masingmasing kelompok. Keragaman di bidang agama misalnya, manakala budaya moderasi tidak berkembang di kalangan umat beragama, maka dapat menimbulkan kerawanan sosial yang pada gilirannya dapat mengakibatkan konflik sosial, termasuk konflik sosial bernuansa agama.
Dalam kajian tasawuf terdapat perbedaan dan persamaan yang kemun di ranah transendental menyatukan (penyembahan terhadap Tuhan). Pemahaman persoalan pluralisme agama atau Wahdatul Adyan (kesatuan agama-agama) dalam tradisi pemikiran sufisme, terutama dari tiga tokoh sufi besar dan ternama: Ibnu Arabi, Jalaluddin Rumi, Al-Jili al Suhwardi. Meski dari sufi besar tersebut tidak menyebutkan pluralisme agama atau wahdatul adyan. Namun, dari karya-karya mereka tersirat buah pemikiran yang mengarah perihal pluralisme agama. Tokoh sufi yang terkenal adalah al-Suhrawardi juga mengajarkan doktrin kesatuan agama-agama. yang dimaksud dengan kesatuan agama-agama adalah semua agama pada hakikatnya adalah satu dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu Tuhan yang Esa.
Perbedaan antara agama terletak hanya pada nama, bentuk, dan cara ibadah, bukan pada tujuannya. Perbedan itu tidak menghalangi para penganut masing-masing agama untuk sampai kepada tujuan yang sama (esoteris). Agama para penyembah berhala dan agama para penyembah api sama dengan agama para penyembah Tuhan. Perbedaan bentuk-bentuk agama dalam praktek agama berbeda beda dengan kata lain pluralisme agama, ini disebabkan tajalli (penampakan) Tuhan yang beragam. Sehingga, perbedaan, keberagaman dan bahkan pertentangan di antara agama-agama sesungguhnya terjadi karena interaksi antara tajalli Tuhan dengan respon manusia karena faktor respon juga tak dapat baikan dalam mempertegas perbedaan yang berdasar kapasitas dan pengetahuan. Misi yang diembankan kepada nabi Muhammad saw bersifat universal.